Hujan baru saja reda. Air menggenang di beberapa bagian halaman sekolah. Tampak dedaunan yang gugur memenuhi halaman. Di teras sekolah yang masih basah itu, ada empat siswi yang masih berkelakar sambil menunggu mobil jemputan. Aini, Fitri, Ida, dan Yaqina. Mereka berempat tinggal di pesantren Raudlatul Ulum, sekitar lima kilometer dari sekolah ini.
Wajah Yaqina tampak paling bercahaya dibanding ketiga temannya. Siapa yang tak kenal Yaqina. Gadis berkulit putih, berhidung mancung, dengan lesung pipit yang semakin menyempurnakan kecantikannya. Kulit putihnya seakan berwarna bening transparan, hingga membuat otot-ototnya terlihat. Tak hanya itu, Yaqina juga baru saja mendapatkan gelar Pelajar Teladan di sekolah ini.
Sementara itu, di ruang asatidz yang sudah mulai sepi, tampak seorang pemuda yang tak berhenti memperhatikan Yaqina. Pemuda yang bernama Azmi itu baru melaksanakan penelitian di sekolah ini. Azmi sudah lama mendengar nama Yaqina, anak pesantren itu. Azmi masih ingat kekonyolannya waktu pertama kali masuk di kelas XIA. Tanpa basa-basi, setelah memperkenalkan diri, Azmi langsung bertanya, "Mana yang bernama Yaqina?". Pertanyaan yang spontan membuat heboh kelas XIA.
(Bersambung)
Kok bersambung toh ustadzah Wafi ... biqn penasaraaaannn hehehe
BalasHapushehe ditunggu ya Pak Edi..
Hapus