Oleh: Hb. Wafiroh
“Ilmu itu bagaikan
hewan peliharaan. Maka ikatlah ia dengan tulisan”, pesan Ali bin Abi Thalib. Ungkapan ini menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya budaya menulis. Apalagi dalam proses thalabul ilmi. Antara
ilmu dan tulisan sangat erat kaitannya. Baik itu sebagai input atau sumber
belajar, maupun sebagai outputnya. Apalagi di era sekarang, kita tak bisa lepas
dari tulisan di sekitar kita.
Ada beberapa alasan
kenapa kita perlu menulis. Alasan ini saya tulis setelah beberapa kali berlatih
menulis, dengan harapan saya pribadi semakin termotivasi untuk lebih rajin
menulis. Syukur jika pembaca pun demikian.
1. Menulis adalah aktivitas belajar
Belajar itu
tidak hanya dengan membaca, menyimak, atau mendengar saja. Menulis dapat
membantu kita dalam menyerap, menggali, mengumpulkan, serta mengingat informasi
yang kita peroleh. Kekuatan otak kita dalam mengingat sesuatu ada batasnya.
Salah satu cara untuk menguatkan dan menyimpan apa yang pernah kita pelajari
dan kita pikirkan adalah dengan menuliskannya.
2. Menulis itu merupakan salah satu aspek
literasi
Berbicara tentang
menulis tak bisa lepas dari literasi. Menurut Hernowo, penulis buku Flow di
Era Socmed, “Jika membaca adalah aspek input atau makanan bergizi bagi
kita, maka kegiatan menulis adalah outputnya.” Dalam aspek literasi, kegiatan
menulis merupakan salah satu kegiatan literasi produktif.
3. Menulis itu terapi
Menulis bebas merupakan
kegiatan menulis yang mengalir begitu saja, merdeka, tanpa beban. Masih menurut
Hernowo, “Menulis itu mengalirkan apa saja yang membuat anda nyaman dan tak
perlu memikirkan yang anda alirkan itu benar atau salah.”. Dengan mengungkapkan
apa yang dialami tanpa rasa takut, maka akan dapat membantu mengurangi beban
pikiran. Perasaan yang mungkin tidak bisa disampaikan secara langsung, bisa
diungkapkan dengan tulisan. Apa yang menjadi “sampah” yang menyesakkan dada,
bisa terbuang melalui tulisan. Menulis yang demikian dapat menjadi self
therapy bagi kita.
4. Menulis itu berbagi
Beda penulis, beda pula
orientasi menulisnya. Ada sebagian yang sudah menjadi profesi, sekedar hobi, memenuhi
syarat kenaikan pangkat, dan ada pula yang memang berniat untuk berbagi. Orang
yang menulis tentu berbagi manfaat, berbagi inspirasi, dan juga berbagi wawasan
sekaligus. Namun, yang pasti menulis itu bisa menebar semangat, manfaat, dan
kebaikan yang tidak dapat diukur dengan materi.
5. Menulis itu memotivasi
Menulis itu bagian dari
berkarya, dimana tulisan merupakan wujud dari kreativitas yang diciptakan sang
penulis. Sebuah tulisan baru yang terwujud pada hari itu akan memotivasi
seorang penulis untuk lebih giat lagi dalam menulis. Bukan hanya itu. Bahkan terkadang
tulisan kita tidak hanya dapat memotivasi pembaca, tetapi mampu mengajaknya untuk
berubah lebih baik.
6. Menulis itu melatih mental
Menulis berarti
melatih diri untuk siap dikritik oleh orang lain sebagai pembaca kritis. Dengan
menulis, ide atau gagasan penulis terbaca oleh publik dan pada saat itulah
beragam opini akan muncul. Ada yang pro dan ada yang kontra. Dengan demikian
penulis akan terlatih dalam menerima kritik dan evaluasi dari orang lain.
7. Menulis itu Mengasah Otak
Dengan
menulis, kita melatih otak untuk aktif berpikir kritis. Saat kita harus
merangkai huruf, memilih diksi, dan menghubungkan antar kalimat, antar
paragraf, maka saat itulah otak kita semakin terasah.
Sebenarnya
masih banyak alasan kenapa kita perlu menulis. Agus Budiarini, seorang guru penulis dari Mojokerto pernah memotivasi,
“Kalau anda tidak buta huruf, pasti anda bisa menulis”. So, tidak perlu banyak alasan untuk menulis. Yang penting
adalah harus mulai menulis, menulis, dan menullis. Karena apapun alasannya,
menulis itu penting. Bisa jadi,
karena tulisan, kita bisa abadi. Jasad boleh saja tiada, namun tulisan akan
menjadi sumber inspirasi sepanjang masa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar